Kabar Flores

Loading

Melihat Motif Pembunuhan Mahasiswa UI oleh Senior

Melihat Motif Pembunuhan Mahasiswa UI oleh Senior

Pembunuhan Mahasiswa UI – Kasus tragis pembunuhan seorang mahasiswa Universitas Indonesia (UI) oleh seniornya menggemparkan dunia pendidikan dan masyarakat luas. Meskipun pelaku telah ditangkap dan motif awal mulai terungkap, pertanyaan mendasar mengenai alasan di balik tindakan kekerasan tersebut terus menjadi sorotan. Berdasarkan informasi dari pihak kepolisian dan pemberitaan media, motif utama pembunuhan ini diduga kuat berlatar belakang masalah ekonomi.

Kapolres Metro Depok, Kombes Pol M. Nur Azis, mengungkapkan bahwa pelaku, AAB (23), merasa iri dan dengki terhadap kesuksesan finansial korban, MNZ (19). Korban diketahui memiliki usaha sampingan yang cukup berhasil, sementara pelaku diduga mengalami kesulitan ekonomi. Perasaan iri hati ini kemudian memuncak dan menjadi pemicu tindakan kriminal tersebut.

Lebih lanjut, pelaku disebut-sebut memiliki hutang pinjaman online (pinjol) dan merasa terdesak secara ekonomi. Melihat kondisi finansial korban yang lebih baik, pelaku diduga memiliki niat untuk menguasai harta korban. Hal ini diperkuat dengan hilangnya sejumlah barang berharga milik korban setelah kejadian pembunuhan.

Selain motif ekonomi, faktor emosional dan psikologis pelaku juga tidak dapat diabaikan. Perasaan rendah diri akibat kesulitan ekonomi dan melihat kesuksesan orang lain dapat memicu emosi negatif seperti iri dan dengki yang berujung pada tindakan impulsif dan brutal. Meskipun demikian, motif ini masih perlu pendalaman lebih lanjut melalui pemeriksaan psikologis terhadap pelaku.

Pihak kepolisian juga masih terus mendalami kemungkinan adanya motif lain di balik pembunuhan ini. Namun, hingga saat ini, motif ekonomi dengan latar belakang iri hati dan keinginan untuk menguasai harta korban menjadi dugaan terkuat. Kasus ini menjadi pelajaran pahit mengenai dampak negatif dari masalah ekonomi dan pentingnya menjaga kesehatan mental serta mengatasi rasa iri hati dengan cara yang positif. Tragedi ini juga menyoroti perlunya pengawasan dan pendampingan yang lebih ketat di lingkungan kampus untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan.

Motif ekonomi yang mendasari pembunuhan ini sungguh ironis, terjadi di lingkungan pendidikan tinggi yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai persahabatan dan saling mendukung. Perasaan iri hati yang tak terkendali telah membutakan akal sehat pelaku, membawa dampak tragis bagi masa depan korban dan keluarganya. Kasus ini menjadi peringatan keras akan bahaya ketidakmampuan mengelola emosi negatif dan tekanan ekonomi.