SD Dianiaya Guru Pelaku Diamankan Petugas, Flores Timur
Sebuah insiden kekerasan di lingkungan pendidikan kembali mencoreng dunia pendidikan, kali ini terjadi di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Seorang siswa sekolah dasar (SD) dilaporkan Dianiaya Guru sendiri, memicu keprihatinan mendalam dan penegasan bahwa tindakan kekerasan dalam bentuk apa pun tidak dapat ditoleransi di sekolah. Pelaku telah diamankan oleh petugas berwenang.
Peristiwa pilu ini terjadi pada hari Kamis, 22 Mei 2025, di salah satu SD Negeri di Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Korban, seorang siswa kelas 3 berinisial M (8), diduga Dianiaya Guru kelasnya, berinisial R (40). Menurut keterangan dari orang tua korban, Ibu Anastasia (35), anaknya pulang sekolah dengan bekas memar di lengan dan punggung. Setelah didesak, M menceritakan bahwa ia dipukul dan dicubit oleh gurunya karena tidak bisa menyelesaikan tugas pelajaran dengan baik.
Mendengar pengakuan anaknya, Ibu Anastasia segera melaporkan kejadian Dianiaya Guru ini ke pihak kepolisian setempat. Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Flores Timur langsung bergerak cepat melakukan penyelidikan. Setelah mengumpulkan bukti dan memeriksa saksi-saksi, termasuk rekan-rekan M di sekolah, polisi mengamankan terduga pelaku R pada hari Sabtu, 24 Mei 2025, di kediamannya. Terduga pelaku saat ini sedang menjalani pemeriksaan intensif di Mapolres Flores Timur.
Kapolres Flores Timur, AKBP Made Wijaya, S.IK., M.H., dalam keterangannya pada hari Minggu, 25 Mei 2025, menegaskan bahwa kasus ini akan diproses sesuai hukum yang berlaku. “Kami tidak akan mentolerir segala bentuk kekerasan terhadap anak, apalagi di lingkungan sekolah. Setiap pihak yang terlibat dalam Dianiaya Guru atau tindak kekerasan lainnya akan ditindak tegas,” ujar AKBP Made Wijaya. Pihak kepolisian juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Flores Timur dan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) untuk memberikan pendampingan psikologis kepada korban dan memastikan hak-hak anak terpenuhi.
Insiden Dianiaya Guru ini menjadi pengingat bagi seluruh pihak, terutama para pendidik, bahwa sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak untuk belajar dan berkembang. Pentingnya pelatihan guru mengenai manajemen kelas positif, penanganan perilaku siswa tanpa kekerasan, dan peningkatan pengawasan di lingkungan sekolah menjadi sangat krusial untuk mencegah kasus serupa terulang di masa depan.