Trans Flores Tertutup Banjir, Akses Labuan Bajo Kembali Lumpuh
Trans Flores Tertutup Banjir, Akses Labuan Bajo Kembali Lumpuh
Labuan Bajo, 25 Maret 2025 – Jalur utama Trans Flores yang menghubungkan sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur kembali lumpuh akibat banjir besar yang melanda kawasan itu sejak Senin malam (24/3). Hujan deras yang mengguyur wilayah Manggarai Barat selama berjam-jam mengakibatkan luapan sungai dan genangan air di sejumlah titik, menutup akses jalan menuju Labuan Bajo.
Banjir terparah dilaporkan terjadi di ruas jalan Wae Bobok – Lembor, salah satu titik krusial penghubung antar kabupaten. Air bah setinggi hampir satu meter merendam badan jalan, menyebabkan kendaraan tidak dapat melintas. Selain itu, longsor juga dilaporkan terjadi di beberapa titik perbukitan yang memperparah situasi dan mengancam keselamatan pengendara.
Sejumlah kendaraan dari dan menuju Labuan Bajo terpaksa berhenti total sejak malam tadi. Para sopir dan penumpang mengaku terjebak selama berjam-jam tanpa kepastian kapan jalur bisa kembali dibuka.
“Kami sudah menunggu sejak subuh, tapi air belum juga surut. Tidak ada petugas yang bisa memastikan kapan jalan ini bisa dilewati,” ujar Yulianus, seorang pengemudi travel yang mengangkut wisatawan dari Ruteng menuju Labuan Bajo.
Kondisi ini menjadi pukulan berat bagi sektor pariwisata Labuan Bajo, yang tengah bersiap menyambut lonjakan wisatawan menjelang libur Paskah. Banyak wisatawan dilaporkan tertahan di Ruteng dan Bajawa, sementara bandara Komodo tetap beroperasi namun akses darat dari kota-kota lain terhambat total.
Pemerintah daerah Manggarai Barat bersama tim BPBD saat ini tengah melakukan upaya penanganan darurat. Alat berat dikerahkan untuk membersihkan material longsor, dan petugas berjaga untuk mengatur arus lalu lintas serta mengevakuasi warga yang terjebak.
“Kami mengimbau warga untuk tidak memaksakan diri melintasi jalur yang tergenang dan tetap waspada terhadap potensi longsor susulan,” kata Kepala BPBD Manggarai Barat, Markus Dahu.
Banjir ini bukan kali pertama melumpuhkan akses ke Labuan Bajo. Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi geografis dan minimnya infrastruktur drainase telah menyebabkan kawasan ini rawan bencana saat musim hujan tiba. Masyarakat berharap adanya penanganan jangka panjang dari pemerintah pusat untuk memperkuat konektivitas dan mitigasi bencana di kawasan timur Indonesia ini.